BANDUNG, CyberTipikor — Tragedi meninggalnya Affan, seorang driver ojek online (ojol) saat aksi unjuk rasa di Jakarta, meninggalkan duka mendalam bagi seluruh rakyat Indonesia. Rasa kehilangan itu juga dirasakan oleh Pemimpin Redaksi (Pimred) Media Patroli88Investigasi, H. D. Hardening.
Namun di balik duka, ia menyayangkan munculnya gesekan dan kekerasan dalam aksi yang seharusnya bisa berjalan damai. “Sangat miris, sadar atau tidak, banyak individu yang diadu domba bahkan dijadikan kambing hitam oleh perbuatan yang tidak bertanggung jawab,” ujarnya.
Menurutnya, Affan bukan satu-satunya korban. Selain almarhum, ada pula warga sipil maupun anggota Brimob yang saat ini masih menjalani perawatan di rumah sakit. “Mereka semua punya keluarga yang sama-sama sedang bersedih,” tambahnya.
Hardening menekankan bahwa demonstrasi idealnya bisa dilakukan dengan cara-cara humanis, tanpa kekerasan fisik maupun verbal. “Peserta demo bisa menunjukkan sikap sopan, menghormati hak-hak orang lain, mematuhi hukum dan aturan yang berlaku. Bahkan bisa lebih kreatif dengan spanduk, poster, atau pertunjukan seni. Yang paling penting, demo menjadi ruang dialog dan mencari solusi konstruktif,” jelasnya.
Ia menilai, bila demonstrasi berjalan tertib dan damai, aspirasi masyarakat justru akan lebih mudah tersampaikan. Sebaliknya, jika ricuh, yang muncul justru kerugian, korban jiwa, hingga biaya besar untuk memperbaiki fasilitas umum.
“Demo yang humanis bisa menjadi cara efektif menyuarakan tuntutan sekaligus mendorong perubahan sosial yang positif. Miris sekali jika aspirasi justru hilang karena kekerasan,” tegasnya.
Di akhir pernyataannya, Hardening menegaskan bahwa opini yang ia sampaikan murni pandangan pribadi sebagai warga sekaligus insan pers. “Sebagai awak media, saya berusaha menyampaikan pemberitaan yang sebenar-benarnya tanpa pengaruh pihak manapun,” tutupnya.
(Rahmat)

0 Komentar